Kujadikan Kau yang Ke 5. Mau?

 Jika pertanyaan itu aku kembalikan terhadap diriku sendiri, dengan kata lain kau (orang yang aku sayangi) berkata demikian. Sudah pasti jawabannya adalah "TIDAK!!!"

TAPI.... rasa rasanya aku ingin berkata akan hal itu.
Atas segala desakan, atas segala keraguan,  atas segala rasa tak pantas dan atas semua perasaan bersalahmu. Ya... Bukan aku yang mendesak, bukan aku yang ragu, bukan aku yang merasa bersalah. Dalam benakku aku berkata, "apa salahku hingga aku tak engkau ijinkan mencintaimu secara utuh?". "apa aku salah jika ingin menyayangimu dengan tulus?". "apa aku keliru, jika aku mengharap kepercayaan dan kesetiaanmu?"

Adalah 3 pertanyaan diatas yang membuatku gelisah dan gundah. Ibarat kata, aku memegang sabun batang yang licin. Semakin erat aku pegang, semakin mudah lepas dari genggaman. Seperti apa jalan pikiranmu itu? Aku tak pernah meragukan cintamu, aku tak pernah meragukan perasaanmu. Hanya saja, ketika aku akan membalas dengan hal yang sama kamu seakan akan malah menyuruhku untuk menjauh. Dengan dalih merasa tidak pantas. Dengan alasan masih ada yang lebih baik. Dengan kilah merasa bersalah karena merusak keinginan baik yang pernah aku cita citakan. Seolah olah aku adalah orang baik baik.

Orang baik baik katamu?
Bahkan saya tak pernah tahu kebaikan apa yang pernah aku lakukan. Aku hanya selalu berfikir,"terkadang... Akan lebih baik jika aku tidak tahu sama sekali". Dan satu kata itu (baik) membuatmu merasa tidak pantas. Seolah olah aku orang suci. Seolah olah aku seorang kyai. Yang bisa membuat minder seorang wanita sempurna sepertimu.

Hallo.......! Aku hanya manusia biasa...! Aku hanyalah lelaki yang tak jauh beda dari yang lainnya! Dan aku hanyalah orang yang tidak pernah ingin menyentuh wanita yang bukan benar benar aku sayangi.

Lupakan soal itu, aku dan kamu pernah berfikir untuk hidup bersama sama. Pernah mempunyai cita cita dan keinginan yang sama. Pernah ingin membuat komitmen bersama. Adalah satu hari di tanggal 14 april 2017, kita pernah berfikir untuk mulai menghitung hari.

Ya...!!! Menghitung hari.... 1000 hari lagi (ditanggal itu).

Kembali lagi ke masalah "ketika aku tidak kau ijinkan mencintaimu secara utuh". Dan ketika aku bertanya balik. Bertanya akan keinginanmu akan "diriku yang seharusnya". Jawabanmu hanyalah sederhana,

"jadilah dirimu sendiri, mas...."

Berfikirlah aku akan kata kata itu. Menurutku aku masih menjadi diriku sendiri. Inilah diriku ketika aku menyayangi, inilah diriku ketika mencintai, inilah diriku ketika aku peduli.

"aku masih berkuasa penuh atas jiwa dan pikiranku"

Sesungguhnya, apa maksud dari keinginanmu itu?
Atau mungkin....
Kau memintaku untuk menjadi diriku yang dulu. Diriku ketika aku menjadi cinta dalam hatimu. Diriku ketika aku sendiri dan sangat menyukai lagu sedih. Diriku ketika aku lebih mementingkan orang lain yang tak tahu itu siapa dari pada diri sendiri. Diriku yang sering adu argumen dengan orang tua ketika memperjuangkan "mereka mereka" yang ku anggap penting.

Oke.... Oke... Tak masalah jika itu yang kamu inginkan. Aku akan jalani. Meskipun sesungguhnya berat.

Berat....!!!!
Berat ketika aku memaksakan diri menjadi diriku yang lama, sementara dihadapanku ada sebuah pintu untuk menjadi diri yang baru. Tak masalah bagiku jika itu yang kamu inginkan. Mungkin itu memang perlu aku lakukan. Mungkin inilah caramu untuk berkata,"saya bosan?"

Apapun itu aku tak masalah. Asalkan semua bisa dijalani dengan bahagia, tak masalah. Satuhal yang harus kamu tahu. Aku yang dulu hanya memiliki 4 prioritas utama: keluarga, kesehatan, karir/citacita, dan tanggung jawab moral/sosial. Aku tak pernah meletakkan jodoh menjadi prioritas utama dalam hidupku. Setidaknya untuk hidupku selama ini. Namun demikian jangan bilang aku tidak memiliki cinta. Ke 4 prioritas ku itu berlandaskan cinta. Salah jika ada yang bilang aku tidak pernah mencintai apapun, aku tidak pernah mencintai siapapun.

KELUARGA. adalah mereka yang membuatku bahagia disaat aku sedih. Dan mereka yang membuatku sedih ketika salah satu dari mereka ada yang terpuruk. Bagiku, selagi aku belum memiliki keluarga kecil sendiri, tugasku adalah membahagiakan keluarga kecil ayah dan ibuku. Hingga aku memiliki keluarga sendiri. (dan semoga kaulah pasanganku)

KESEHATAN. Kecintaanku terhadap diriku sendiri adalah mutlak. Aku tidak akan melakukan aktifitas apapun ketika sakit. Aku akan melakukan apapun agar aku sehat. Aku bahkan memilih untuk mengambil sedikit tabunganku untuk makan makanan yang lebih baik ketika aku sakit.

KARIR/CITA CITA. Tentu semua orang punya impian. Semua orang memiliki keinginan. Tapi taukah kamu kemana takdir akan membawamu? Jawabnya, "tidak". Karir dan cita cita merupakan suatu hal yang selama ini aku kejar. Namun, apakah Tuhan ingin mengabulkannya atau tidak (setelah aku berusaha)? Itu adalah hak prerogatif Sang Pencipta.

TANGGUNG JAWAB MORAL/SOSIAL. Aku tidak ingin bercerita banyak tentang ini. Bagiku... Aku tidak pernah merasa melakukan apapun.

Demikianlah cerita tentang 4 hal utama dalam hidupku sebagai manusia biasa yang berinteraksi dengan manusia yang lainnya (bukan dengan Penciptanya). Sekarang aku harus memaksakan diri untuk tetap melakukan ke 4 hal ini, sementara kau hadir dan aku berniat untuk mencintaimu dengan ikhlas.

Berat memang.... Namun apaboleh buat aku harus berkata,

"maukah kamu hanya menjadi prioritas kelima dalam hidupku?"


0 comments:

okezone.com