Kisah Malaikat Jibril bersama dengan kerbau, kelelawar, dan cacing (Syukur)

Al-Qur'anul Karim

Pada suatu hari, Allah memerintahkan Malaikat Jibril untuk menanyai se ekor kerbau. Kerbau merupakan hewan yang tidak bisa menggunakan otaknya untuk berfikir. Apapun yang ia lihat, asalpun hijau akan dia makan. Lagi pula, mandinya kerbau di tempat yang kotor (berkubang di lumpur). Kemudian, Malaikat Jibril pun langsung menanyai si kerbau itu.

Malaikat Jibril berkata, ” hai kerbau apakah kamu senang
telah dijadikan oleh Allah SWT sebagai seekor kerbau”. Si kerbau menjawab, “Masya Allah, alhamdulillah, aku bersyukur kepada Allah SWT yang telah menjadikan aku sebagai seekor kerbau, dari pada aku dijadikan-Nya sebagai seekor kelelawar yang ia mandi dengan kencingnya sendiri”. Kelelawar biasa hidup bergelantungan, dan nokturnal (aktif di malam hari). Mendengar jawaban itu Malaikat Jibril AS segera pergi menemui seekor kelelawar.

Kepada kelelawar malaikat berkata, “hai kelelawar apakah kamu senang telah dijadikan oleh Allah SWT sebagai seekor kelelawar”. “Masya Allah, alhamdulillah, aku bersyukur kepada Allah SWT yang telah menjadikan aku sebagai seekor kelelawar dari pada aku dijadikan-Nya seekor cacing. Tubuhnya kecil, tinggal di dalam tanah, berjalannya saja menggunakan perutnya”, jawab si kelelawar. Memang benar, cacing berjalan dengan menggunakan perutnya, dan memakan tanah. Kemudian, Malaikat Jibril pun datang menuju ketempat seekor cacing.

“Wahai cacing kecil apakah kamu senang telah dijadikan Allah SWT sebagai seekor cacing”, kata Malaikat Jibril. Si cacing pun menjawab, ” Masya Allah, alhamdulillah, aku bersyukur kepada Allah SWT yang telah menjadikan aku sebagai seekor cacing, dari pada dijadikaan-Nya aku sebagai seorang manusia. Apabila mereka tidak memiliki iman yang sempurna dan tidak beramal sholih ketika mereka mati mereka akan disiksa selama-lamanya”.

Masya Allah, Subhanallah!!!!!! Hewan-hewan ciptaan Allah SWT, bisa berkata seperti itu walaupun tidak diberi akal pikiran. Sedangkan manusia yang diberi bentuk, wujud sempurna, akal pikiran, dan hawa nafsu pun terkadang tidak bisa menahan hawa nafsunya. Seekor cacing pun bisa berkata begitu. Seharusnya kita sebagai umat manusia malu. Mungkin ini bisa menjadi pelajaran di antara kita agar senantiasa beramal sholih. Jangan sampai, takabur, sombong, dan melakukan perbuatan yang di benci Allah.

Sumber:  http://www.facebook.com/notes/suhaila-al-amrie/jibril-as-kerbau-kelelawar-dan-cacing/175948984747
   http://blog.its.ac.id/syafii/2009/11/20/jibril-as-kerbau-kelelawar-dan-cacing/


0 comments:

okezone.com