“Sekarang saya tanya kepada saudara-saudara, kepada dunia Internasional. Mengapa pihak Belanda menjadikan Irian Barat sebagai satu negara boneka Papua? Belanda menghasut rakyat Irian Barat menjalankan satu politik memecah belah (Devide et Impera) kedaulatan RI dengan mendirikan negara Papua, mengibarkan bendera Papua, menciptakan lagu kebangsaan zoogenamde....
Dengar saudara-saudara, komando saya dengan tegas ialah gagalkan pendirian negara Papua ini. Apa Komando saya lagi, hai seluruh rakyat Indonesia kibarkan Sang Saka Merah Putih di Irian Barat itu. Siap sedialah akan datang mobilisasi umum. Mobilisasi umum mengenai seluruh rakyat Indonesia untuk membebaskan Irian Barat dari cengkraman belanda....”
Pernyataan Bung Karno yang tertuang dalam buku Api Perjuangan Irian Barat itu disampaikan saat mengantar Tri Komando Rakyat di Yogyakarta, 19 Desember 1961. Presiden RI pertama ini rupanya tengah berupaya membakar semangat rakyatnya untuk merebut Irian Barat dalam waktu singkat ketika patriotisme dan nasionalisme sedang membara.
“Mereka tidak mengerti sejarah,” kata H. Dr. Soebandrio dalam bukunya, Meluruskan Sejarah Perjuangan Irian Barat, yang pengantarnya oleh H. Dr. Roeslan Abdulgani. Sejak tahun 1928 Irian Barat, tulis Soebandrio sudah termasuk Nederlands Indie.
Hubungan politik kawasan ini dengan perjuangan kemerdekaan Indonesia diperlihatkan oleh fakta bahwa sejak tahun 1927 Bove Digul di Irian Barat dijadikan tempat pembuangan beribu pejuang kemerdekaan RI. “Ini membuktikan bahwa wilayah itu adalah wilayah Hindia Belanda,” tulisnya dalam buku yang diterbitkan November 2000 oleh Yayasan Kepada Bangsaku yang dipimpin H. Amin Aryoso, S. H.
Dikutip dari: Buku IPS Sejarah SMP dan MTs kelas IX. Piranti Darma Kalokatama. Nico Thamiend R.
Labels: Sejarah
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar