Rahasia Kesuksesan Orang China dalam Perniagaan


“Koh, Beli semen 10 sak!”
Terkadang kita sering bahkan di kota besar telah terbiasa mendengar panggilan / sapaan ‘koh’,’cik’, dsb. Tepat, panggilan yang berarti ‘paman’ / ‘bibi’ dalam bahasa Tionghoa. Etnis Tionghoa sebesar negeri, peradaban, sejarah dan penduduknya. Begitulah saya ingin menyanjung bangsa tersebut, jauh dari kesan pelit, dsb.
Sedari dulu, bangsa ini memang telah terkenal akan peradabannya. Maka dari itu, dijamannya Rasulullah pernah bersabda, “Tuntutlah ilmu walaupun sampai negeri China”. Hadis ini mengajak umat islam untuk berusaha menuntut ilmu walaupun sampai ketempat yang jauh. Sebagai tempat contoh  terbaik, disebutlah nama China. :D

Kenapa China? Kenapa tidak eropa? Atau amerika?
Dari jaman dahulu, bangsa china memang bangsa yang besar atau maju baik dari segi peradaban, budaya, sejarah, kekayaan alam, dsb. Hal ini dapat kita saksikan dari beberapa barang atau kerajinan yang asli dari bangsa tersebut. Seperti:
1.       Origami (Seni melipat kertas) è banyak orang menganggap seni ini dari Jepang, hanya karena sangat populer di negeri sakura tersebut.
2.       Kaligrafi (Seni menulis indah) è di Indonesia, istilah kaligrafi lebih dekat dengan seni menulis indah tulisan Arab.
3.       Tahu/Tofu (makanan) è Kalau Tahu berasal dari China. Yang dari Indonesia itu Tempe sob. Kata wikipedia
4.       Mie è termasuk cikal bakal pasta spageti yang dibawa Marcopolo
5.       Layang-layang è pada awalnya digunakan untuk menakut-nakuti musuh ketika perang.
6.       Teh è Awal mula ditemukannya karena kecelakan seorang Raja (“kalo ga salah”) yang memasak air, namun kemasukan daun teh, dsb.
Itu sih baru beberapa hal sepele saja, belum lagi tentang penemuan 32 cara taktik perang karya Filsuf Sun Tzu (Sun Zi).
Namun, pada tulisan ini, hanya akan dibahas rahasia mengenai penyebab kesuksesan bangsa China dalam hal perniagaan. Didalam tulisan ini pula saya berusaha menghilangkan beberapa stigma negatif dari mereka, untuk berusaha berfikir positif menanggapi semua hal.
MENGAPA mereka bisa SUKSES?
Hal utama yang harus dicamkan adalah bahwa mereka sukses bukan karena “TAKDIR”.Bagi saya, angapan itu hanyalah anggapan orang yang pesimistis. Namun dalam benak saya, jawaban untuk menjawab pertanyaan itu adalah mereka melangkah lebih awal dan selalu memegang prinsip hidup. Arti melangkah lebih awal adalah, nenek moyang dan peradaban bangsa mereka lebih tua dari bangsa melayu. Dalam arti yang lain, mereka selalu “menjemput bola” dan melihat peluang yang ada dan belum pernah ada. Sedangkan prinsip hidup, akan saya bahas di tulisan berikutnya.
BISAKAH KITA seperti mereka?
Jawab saya, BISA. Mereka saja bisa merubah pekerjaan favorit mereka. Apalagi kita yang hanya berusaha untuk “meniru” kesuksesan mereka. Konon, orang tionghoa lebih suka hidup di pedesaan untuk menjadi petani. Namun karena beberapa faktor (termasuk pergantian dinasti) mereka memilih mengembara untuk keluar dari keterpurukan dengan cara berdagang.
Berikut adalah penyebab kesuksesan orang Tionghoa:
1.       Ulet
Pengertian “Ulet” sangat berbeda dengan “Pekerja Keras”. Ulet lebih kepada sikap tidak mudah putus asa selalu berusaha mencapai tujuan. Sementara Pekerja Keras, lebih kepada mengeluarkan tenaga yang besar. Ex. Untuk pekerja keras: Buruh, Kuli panggul, dll.
2.       Rajin dan Tekun
Selain ulet, mereka rajin dan tekun. Sebagai contoh, mereka tetap menggelar dagangannya di hari libur disaat toko lain tutup.
3.       Tahan Banting
Tahan banting adalah sikap yang kurang lebih sama dengan pantang menyerah. Namun tahan banting lebih erat hubungannya dengan musibah. Contoh, Bapak A adalah orang yang kaya. Dia memiliki 5 minimarket dikota Bandung, 1 showroom mobil, dan 3 toko emas. Namun suatu ketika, terjadilah krisis moneter. Semua usahanya yang telah dirintis selama ini terpaksa gulung tikar karena terlilit utang. Dalam keadaan tidak punya apa-apa, Dia tetap berusaha sekuat tenaga merintis karirnya dari awal. Dia tidak ragu memulai dari “0”, walaupun harus jadi penjual roti keliling. Lambat laun usahanya berkembang, dan lama kelamaan menjadi pengusaha roti.
4.       MenjagaKepercayaanPelanggandanRekanan
Dapat dipercaya adalah langkah awal untuk melaksanakan segalanya. Karena perdagangan menyangkut hal “Barang dan Jasa”, kita harus sebisa mungkin menjaga kepercayaan pelanggan dan rekanan. Orang china selalu berusaha melakukan hal itu. Mulai dari kebersihan, pelayanan, kualitas selalu mereka jaga agar membuat pelanggan dan rekanan tidak “kabur”. Tidak peduli omset mereka harus turun karena menggunakan bahan bahan berkualitas. Namun cara itulah yang membuat mereka sukses.
5.       Jujur
Kejujuran juga merupakan hal yang harus dijunjung tinggi oleh semua pedagang. “Selama” ini kita lihat diTV banyak sekali oknum pedagang yang tidak jujur. Seperti menggunakan formalin, boraks, dan rodamin dalam dagangannya dengan tujuan memperkecil biaya produksi dan menurunkan harga jual. Harapan para oknum tersebut adalah meraup untung yang besar. Namun hal ini malah membuat mereka tidak cepat berkembang karena tidak jujur dan tidak menjaga kualitas. Pasaran mereka hanyalah anak anak kecil, atau mungkin hanya kalangan bawah
Berbeda dengan orang tionghoa yang berjualan dengan jujur. Dalam sebuah swalayan (milik orang china) yang menjual segala macam produk pangan. Terdapat makanan yang mengandung lemak babi. Namun, mereka bersedia memisahkan semua produk yang mengandung babi dalam satu rak terpisah dan diberi label. Walaupun terkadang mereka harus merugi karena hanya orang tertentu yang akan mengambilnya.
6.       Inovatif
Contoh untuk inovasi ini sendiri sangat mudah. Kita sering melihatnya di counter HP. Merek-merek china yang notabene meniru pabrikan ternama seperti BlackBerry, Apple, dsb meraja lela dipasaran. Terkena hakciptakah mereka? Secara garis besar tidak. Karena mereka memberi merek dengan memlesetkan merek aslinya semisal BlueBerry(BlackBerry), Aple(Apple), dsb. Selain itu, mereka juga membuat produk bajakan mereka dengan ukuran yang berbeda dari versi aslinya.
7.       TidakTakutGagal
Kegagalan adalah hal yang wajar. Setiap orang pernah gagal. Percayalah bahwa hidup itu seperti “roda”. Terkadang di atas, terkadang di bawah, begitu sebaliknya. Kegagalan itu bagaikan “Benteng”. Asalkan kita berani menghadapinya, benteng kegagalan itu akan hancur dengan sendirinya. Ada sebuah tips tentang kegagalan:
                Kegagalan pertama terjadi karena kurangnya pengalaman
                Kegagalan kedua terjadi karena kesalahan mengambil keputusan
                Kegagalan ketiga terjadi karena kurang bijak dalam menangkap sebuah fenomena
                Kegagalan keempat dan seterusnya merupakan ujian untuk kesabaran dan kekuatan mental
8.       PerencanaanMatang
Boleh saja kita berani mengambil keputusan, namun harus direncanakan dengan matang. Kebanyakan orang Indonesia memiliki 2 tipe:
                Tipe 1: terlalu banyak berpikir, namun tidak pernah merealisasikannya.
                Tipe 2: terlalu cepat beraksi tanpa berpikir dengan matang
Kebanyakan dari orang china merencanakan segalanya dengan matang, walaupun dalam realisasi mereka gagal di awal.
9.       KemampuanPemasaran
Orang China rata rata ahli dalam hal ini. Sebagai contoh adalah RRC. Mereka membuat berbagai macam barang seperti mainan, dengan bahan baku, upah tenaga kerja yang murah. Kemudian dipasarkan ke negara yang daya belinya rendah dengan harga yang minim, seperti Indonesia. Maka hampir semua mainan yang kita miliki bertuliskan “MADE IN CHINA”. Ga percaya??? Tengok aja dibelakan mainanmu.
10.   MelibatkanSeluruhAnggotaKeluarga
Mereka bisa dipercaya, namun mereka tidak mudah percaya kepada orang lain untuk urusan perniagaan. Mereka lebih memilih melibatkan keluarga, dari pada mempercayai orang lain yang belum jelas asal usulnya untuk pegang kendali.
11.   SelaluMemperluasUsaha
Kekayaan, bergelimang harta tak lantas mereka habiskan untuk foya foya. Mereka lebih memilih untuk berusaha meningkatkan mutu atau mengembangkan usaha dari pada memanfaatkan harta untuk foya-foya, disimpan ditabungan, beli mobil, dll.
12.   Berhati-hati
Kehati-hatian juga merupakan hal yang sering dilupakan. Terkadang orang gegabah dalam mengambil keputusan.
13.   TidakMengenalGengsi
Begitulah mereka, suatu ketika saya melihat seorang pemilik toko swalayan terbesar dikotaku. Namun didepan tokonya, setiap pagi ada pedagang nasi gudeg ditrotoar. Keduanya sama-sama orang keturunan tiongkok. Lantas saya berfikir, “mungkin dulu pemilik toko swalayan ini juga berjualan seperti ini, dan mungkin beberapa tahun lagi penjual nasi gudeg memiliki toko sendiri”. Dalam artian, mereka memang memulai usaha benar-benar dari nol. Tanpa memandang gengsi.


Sumber: Hanaco, Indah.2011.Belajar Dagang Dengan Orang Tionghoa. Jakarta: Agogos Publishing.

0 comments:

okezone.com